Sabtu, 23 Juni 2012

sahabatku bibir senja

     Aku rindu pada bibir senja,adakah ia kanhadir kembali setelah sekian hari ia takpernah aku jumpai.
''widia''dialah sahabatku yang biasa akrab dipanggil bibir senja.
semenjak kematian ayahnya gadis imut berambut ikal mayang ini tak jarang membungkam diri,dia lebih banyak memilih untuk diam dari pada tersenyum.
sebulan sebelum kematian pak nufus ''ayah widia''seperti biasa disa'at waktu senja yang tertuang adalah sajian senyum canda dan tawa segenap sahabat,semua lebih suka widia yang banyak tersenyum.
     Tapi kini bibir senja sudahlah tiada lagi.kini widia bukan widia yang dulu,yang tarian bibirnya mampu menjelmakan suasana terasa seperti disudut nirwana.
widia adalah sosok gadis yang berbakti pada orang tua,terpancar aura kepolosan dari tubuhnya mampu memberi kebeningan pada senja dari bening kedua matanya.
     Aku tahu apa yang dirasakan widia,anak semata wayang buratni ini masih sedih merasa kehilangan seorang ayah.
disinilah aku mulai membuka memori yang dulu.kupasang pandang kedua mataku pada perbatasan senja dan malam.dengan perlahan sisa semburan sinar matahari mulai sirna,angin yang berhembuspun mulai menebar aroma wangi sang malam.
seiring terbukanya pintu malam terbukalah pintu masa laluluku.dulu aku juga pernah kehilangan seorang ayah,ketika aku berusia enam tahun,tapi aku tidak seperti widia yang setiap sa'at mengisi waktunya hanya dengan melamun.
sa'at itu rasa kabung melingkar dijiwaku,dan itu adalah sebuah kesedihan yang ngiluy terasa dalam jiwa.
namun semua itu tak lama mengeram dibenakku,cukup seminggu aku merasa duka semua kuanggap angin lalu.atau mungkin karena sa'at itu aku baru berusia tunas hingga semudah itu aku bisa melupakan duka sa'at itu.sedangkan widia sekarang beranjak tiga belas tahun,mungkin ia sudah mengerti sungguh betapa berartinya kehadiran seorang ayah dalam hidupnya.
     Tak terasa pandang yang kupasang sudah ditepian malam.sungguh betapa aku terkejut,ketikaaku baru sadar dari lamunanku ternyata widia ada disampingku.
''melamun yah...'' widia menegurku,suaranya lirih tatapannya lurus tak berliuk.
''tumben kamu keluar rumah wid....,senja sudahlah beranjak pergi dan kini datang malam....,sepertinya ada yang ingin kau kabarkan padaku......'' aku mencoba menebak maksud kedatangan widia.
''mungkin  hari ini adalah terakhir aku bertatap denganmu...'' widia berucap,wajahnya berlahan mulai memerah.
''emang kamu mau kemanah...'' tanyaku penasaran.
''tak sengaja tadi siang aku mendengar obrolan burina dan buepi,bahwa burina sedang mencari anak perempuan untuk bekerja di rumah makan majikannya.disitulah kemudian aku berpikir panjang,dan akhirnya kebulatan hatiku memutuskan aku saja yang ikut burina.lalu aku datangi burina dan meminta diri ikut bersamanya,burina tanpa berpikir panjang menyetujui perminta'anku''.widia menjelaskan maksudnya.kedua matanya separuh keduh,sepertinya akan membuncah hujan dari sudut kedua matanya.
oh....dirumah makan burina yang dijakarta....?'' lagi lagi aku mencoba menebak.
''iyah benar...'' wieia berujar,dengan mata yang berkaca kaca.
aku jadi ikut terharu melihat yang sebentar lagi akan mengosongkan diri dari ruang cahaya persahabatan.
''terus bagai mana dengan sekolahmu wid....?'' tanyaku
''ya terpaksa aku berhenti.ayahku sudahlah tiada,ibu sudah tak ada yang membantu cari nafkah lagi.lagian ibu takan sanggup membiyayaiku sekolah yang masih lama,dua setengah tahun lagi kan....'' widia menjelaskan.
     Widia memang anak yang berbakti pada orang tua.dari matanya berlahan meneteskan air mata ketika ia bercerita tentang ibunya yang malang,bicaranyapun tak jelas karena menahan tangis,hidungnya yang mungil berujung merah mega.
yang dulu bibir widia adalah tarian senja,kini berubah menjadi bibir tangisan malam,karena basah oleh air mata malam itu
''ya sudah gak usah bersedih...'' aku sedikit menghibur widia.
''aku percaya padamu wid...,kau adalah gadis yang berpendirian teguh.smoga kau dapatkan apa yang kau harapkan,dan mungkin hanya ini yang bisa ku bekali untukmu sebagai sahabat sedari kecil hingga sekarang dan mungkin hari inilah persahabatan kita terputus....,entah berapa lama akan terputus.....'' aku menyambung pembicara'an,terus menghibur widia.
     Hitam malam semakin pekat merata kesegala angkasa,hanya ada bening disisi rembulan danbintang,udara yang berhembuspun terasa dingin menjilat kulitku.
waktu terus berjalan,hanya tinggal menanti pagi dan wieia harus pergi.
selamat menyongsong hidup yang kau harapkan wid.....,semoga tuhan memberi terang pada jalan hidupmu...


                                                                                                                      SULKHAN KHOIRI